INGATLAH SELALU AKAN KERAHIMAN ALLAH


INGATLAH SELALU AKAN KERAHIMAN ALLAH
Oleh: Fransiska Yuni Arisandi, S.Pd.

Setelah kita melewati masa Paskah, masa pertobatan, apakah usaha menumbuhkembangkan iman kita sudah selesai?

Tentu jawabannya tidak pernah selesai, kita hendaknya selalu dan selalu memperkuat iman kita pada Kristus. Seperti pada antifon pembuka tadi, “Hendaklah kamu menjadi seperti bayi yang baru lahir, selalu haus akan susu rohani yang murni, supaya dengan itu kamu tumbuh dan diselamatkan.”

Nah, kita diibaratkan seperti bayi yang selalu haus. Demikian pula halnya kita dalam beriman, tidak boleh hanya Paskah atau Natal saja. Apakah Tuhan memberikan napas untuk kita hanya pada hari Raya Paskah dan pada Natal saja? Tentu tidak kan? Kita harus selalu ingat akan kerahiman Allah. Begitu besar kerahiman Allah hingga mengutus putra-Nya menebus dosa umat manusia. Lalu, apa balasan kita?

Saya memiliki sebuah cerita begini, ada seseorang, kita sebut saja Si A, Si A ini ingin mengambil uang maka ia pergi ke ATM. Nah, tak disangka-sangka ternyata, kartu ATM yang ia masukkan ke dalam mesin, tertelan, tidak bisa dikeluarkan, dan belum sempat mengambil uang. Entah karena mesinnya yang rusak atau ia yang salah memasukkan kartu ke dalam mesin tersebut.

Tentu, ia cemas, bingung, dan ketakutan. Nah, Si A ini pergi bersama temannya yang menemani. Si A segera menceritakan kepada temannya, Si A makin panik karena waktu itu tepat hari Minggu otomatis bank tutup. Si A bingung harus bagaimana. Nah teman Si A bertanya, “Kamu tahu kan nomor call center bankmu? Segera hubungi!”

Si A menjawab, “Hah, nomor call center? Ya gak taulah, buat apa aku simpan atau mengingat-ingat nomor call center bank.”

“Nah, maka segera cari nomor call center bankmu, segera kamu telfon, dan beritahukan permasalahanmu,” kata teman Si A.

“Oh iya ya ok.”
Tanpa berpikir panjang Si A segera mencari-cari nomor call center bank dan segera menelepon serta menyampaikan permasalahan yang ia alami. Untungnya, permasalahan bisa segera diatasi. Si A berterima kasih kepada temannya sambil mengatakan, “Penting ya ternyata nomor call center bank.”

Nah, terkadang atau bahkan sering, kita menganggap Tuhan hanya sebagai call center Bank. Yang kita cari-cari saat kita ada masalah saja, saat kita membutuhkan saja. Kita sering lupa bersyukur atas apa yang sudah kita miliki, atas apa yang sudah kita peroleh. Bahkan, sering mau makan saja tidak berdoa dulu tetapi memfoto makanan. Kita bisa minum pun seharusnya kita syukuri. Selayaknya kita selalu mensyukuri setiap berkat dari Tuhan.

Seperti pada Mazmur Tanggapan, “Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia.”
Maka, bersyukur itu tidak harus menunggu kita mendapat hal yang luar biasa, misal naik jabatan, mendapatkan uang banyak, atau mendapat undian berhadiah misalnya. Namun, kita harus bersyukur setiap waktu. Ketika hendak makan, usai makan, bahkan saat kita dalam kesulitan pun kita harus selalu ingat akan Kebaikan Allah.

Nah, ada kalimat motivasi yang saya sangat suka. “Hidup ini sebenarnya 10% yang terjadi pada diri kita dan 90% reaksi kita atas apa yang terjadi. Apa maksudnya?

Artinya adalah kesedihan, kesulitan, kesusahan, kebahagiaan, kegembiraan, semua itu yang menciptakan adalah diri kita sendiri. Kalau kita melihat orang lain, waduh mobilnya kok baru ya, lalu kita merasa tersaingi, ya itulah reaksi kita yang akan menciptakan rasa iri.

Misalnya lagi, anak kita bandel sekali, kita bisa memilih mau bereaksi bagaimana? Akankah kita ikut jengkel dan terus memarahi anak, atau justru merefleksikan pada diri kita sendiri, oh anak saya kok jadi bandel ya, kurang apa dia, apa kurang saya dengarkan, atau dia mencari perhatian? Anak bisa anak kandung, anak-anak di sekolah atau murid-murid. Kita bisa memilih berpikir oh anak saya bandel brarti saya harus lebih memerhatikannya atau oh ya sudah saya capek mengurusnya biarlah mau berbuat apa saja, saya tidak peduli.

Nah, dalam segala hal kita harus selalu bersyukur, karena 90% reaksi, mayoritas hidup kita adalah hasil pikiran kita sendiri. Nah, untuk menciptakan reaksi-reaksi positif, kita bisa membangun dari seringnya kita mendengarkan firman Tuhan atau membaca renungan. Hal-hal kerohanian akan membuat kita semakin kuat seperti Tuhan yang berkorban untuk kita disalib dengan penuh tulus ikhlas. Itulah perlunya pegangan iman agar kita bisa kuat dalam menjalani hidup. Memang bertutur sangat mudah, tetapi praktiknya sulit. Maka, mari dengan teladan Tuhan, Sang Juru Selamat, kita bisa sama-sama belajar memperbaiki diri, menciptakan reaksi-rekasi positif dalam hidup.

Minggu Pakah kedua ini sebagai peringatan akan Kerahiman Allah mengajak kita untuk selalu merasakan bahwa kasih Allah akan kita selalu mengalir. Bahkan, dengan adanya wabah corona ini Tuhan menghendaki kita tetap bereaksi positif. Meski tidak bisa ke gereja, tentu kita bisa tetap berdoa di rumah masing-masing karena berdoa bisa kapanpun, berdoa bisa di dalam hati, yang terutama adalah kesungguhan kita dalam berdoa. Kita juga bisa bersyukur karena Covid-19 ini, kita jadi bisa berkumpul, bersama-sama dengan keluarga untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Nah, maka mari kita bersama menyanyikan lagu “Kasih-Nya Seperti Sungai” dengan penuh iman dan mari kita rasakan bahwa kasih Tuhan tidak berkesudahan dalam hidup kita.
Kasih-Nya seperti sungai (3X) di hatiku
Mengalir di waktu hujan, mengalir di waktu panas
Kasih-Nya seperti sungai di hatiku

Bahwa kasih Tuhan terus ada dalam hidup kita, maka kita tidak perlu khawatir tetapi selalu mengandalkan Tuhan. Kita harus percaya meskipun tidak melihat, seperti murid Yesus, yaitu Thomas. Thomas awalnya ragu akan kebangkitan Tuhan. Sebenarnya Thomas ragu karena ia terluka. Ia terluka karena Yesus, harapan satu-satunya telah mati, bahkan mati dengan cara yang tragis, disalibkan. Kemudian luka Thomas bisa sembuh karena luka Yesus yang menyembuhkan. Dengan firman-Nya, Tuhan mampu membuat Thomas menjadi percaya.

Seperti pada Bacaan II, ”Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya.” Dalam Bait Pengantar Injil pun demikian, “...berbahagialah yang tidak melihat namun percaya.” Thomas pun percaya dan luka hati serta kekecewaannya sembuh.

Minggu Kerahiman Ilahi yang kita rayakan hari ini, juga hendaknya mengajak kita untuk selalu menebarkan kasih di manapun kita berada karena Allah itu adalah kasih. Siapapun yang berbuat kasih, maka ia memancarkan kasih Allah. Kalau kita bisa hidup dengan penuh cinta kasih kepada siapapun, maka kita sudah mencerminkan hidup orang Kristen, Pengikut Kristus yang sejati. Kerahiman Allah adalah kasih Allah tanpa batas kepada kita semua. Maka, ingatlah selalu akan Kerahiman Allah. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebiasaan Menarik yang Patut Dikagumi dari Bangkok

KASIH SEBAGAI SYARATNYA